InsightTribun.com|PESISIR BARAT – Suasana di Pekon Way Narta, Kecamatan Pesisir Utara, memanas. Puluhan warga mendatangi Kantor Kecamatan Pesisir Utara pada Kamis (14/8) untuk menolak keras rencana pelantikan kembali Basri sebagai Kepala Pekon (Peratin).
Penolakan itu bukan tanpa alasan. Basri sebelumnya diberhentikan akibat skandal asusila di Balai Desa, yang terungkap melalui rekaman CCTV memperlihatkan dirinya berbuat tak senonoh dengan seorang aparat pekon berstatus istri orang lain. Bagi warga, peristiwa itu bukan sekadar aib pribadi, melainkan juga noda yang mencoreng nama baik desa.
Tak berhenti di situ, Basri juga dihadapkan pada dugaan penyelewengan anggaran pembangunan desa dan kebijakan yang dinilai diskriminatif. Program bantuan sosial disebut hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki kedekatan personal dengan dirinya.
“Kami tidak mau desa kami dipimpin orang yang sudah jelas merusak moral dan merugikan rakyat. Ini soal kehormatan, harga diri, dan masa depan desa,” tegas Nasrudin, salah seorang warga, yang disambut sorakan setuju dari massa yang hadir.
Aksi protes yang sempat memanas akhirnya difasilitasi pihak kecamatan melalui musyawarah di aula kantor. Pertemuan dihadiri Camat, Sekcam, Kasi Pemerintahan, LHP, LPM, raja adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan puluhan warga. Suasana berjalan tegang namun tertib, dengan setiap perwakilan warga menyampaikan alasan penolakan mereka secara bergantian.
Dalam forum itu, warga menyerahkan tuntutan tertulis kepada Bupati melalui Camat, yang berisi:
1. Menunda sertijab/pengukuhan Basri sebagai Peratin Way Narta dari 14–21 Agustus 2025.
2. Menolak pengangkatan Irwansyah (Juru Tulis) sebagai Plh Peratin Way Narta.
3. Menunjuk kembali Pj Peratin sebagai pengganti Basri yang belum dikukuhkan.
4. Meminta pemberhentian tetap Basri dari jabatan Peratin sesuai hukum yang berlaku.
5. Menolak Basri memimpin Pekon Way Narta di masa mendatang.
Warga menegaskan, jika tuntutan tersebut diabaikan, mereka siap menggelar aksi lebih besar dan melibatkan massa dari berbagai lapisan masyarakat.
“Jangan sampai kesalahan masa lalu diulang kembali. Kami ingin pemimpin yang menjadi teladan, bukan bahan gunjingan,” tegas seorang tokoh masyarakat, menutup pertemuan.
Jurnalis – Agus Salim